Mendengar kata ‘container’ pada judul tajuk membuat pembaca sedikit membayangkan bahwa itu adalah kontainer peti kemas yang digunakan untuk mengangkut. Jika Anda berkecimpung pada dunia teknologi informasi (TI), teknologi container sudah sering diperbincangkan. Sehingga tidak asing di antara lingkup kerja TI. Semenjak Docker dikenalkan pada tahun 2013, semenjak itulah teknologi container mulai tren digunakan untuk mengoprek aplikasi. Docker sendiri adalah sebuah standar unit paket perangkat lunak yang membungkus pemograman agar berjalan stabil dan cepat. Aplikasi Docker juga memicu pertumbuhan aplikasi serupa seperti Rkt, Java Container, Unikernels, dan Windows Server Containers.
Serupa Peti Kemas
Hingga saat ini Docker masih mendominasi dalam penggunaan teknologi container. Analogi container ini memang mirip penataan peti kemas. Tim TI atau pekerja TI menata, menyimpan, dan mengirimkan konten yang dimasukkan ke dalam kotak secara acak. Hal ini berarti pekerja Ti memerintahkan bot (robot)-nya untuk mengepak konten yang diunggah oleh user atau client ke dalam sebuah sistem penataan pada komputasi awan (cloud storage).
Analogi lain yang dapat digunakan adalah brick Lego yang mudah dibongkar-pasang, yang berarti dapat diambil ketika dibutuhkan dan dikembalikan lagi pada penyimpanan. Storage yang digunakan memiliki standarisasi sistem. Sehingga secara general dapat digunakan dan dimanfaatkan secara umum dan luas. Sekali lagi, nilai plus dari kontainerisasi ini adalah sistem yang terstandarisasi dalam melakukan manajerial konten. Hal ini yang menjadikan container semakin trending dan berkembang.
Teknologi container memungkinkan pengguna memiliki lingkungan pengembangan yang konsisten pada workstation. Container kemudian akan mengemas hasil pengembangan dan konfigurasi (pengaturan) ke dalam sebuah file image. Berkas tersebut yang dapat dikirim dan dijalankan di lungkungan server penyimpanan yang dituju.
Pemanfaatan Container pada Era Komputasi Awan
Perkembangan teknologi dan informasi hingga ditemukan konsep komputasi awan (cloud storage) semakin menunjang dan mendukung konsep kerja Container. Inisiatif pada era digital sering kali menghasilkan aplikasi uyang bersifat cloud native, dimana konsep komputasi awan dalam penyediaan sumber daya. Aplikasi yang dirancang dengan konsep cloud native bergantung pada teknologi container dalam hal distribusi penyebaran yang ditunjang oleh kecepatan dan skalabilitas keterjangkauannya yang dapat diakses dari mana saja.
Konstruksi apluikasi cloud native umumnya menggunakan microservice, yaitu arsitektur yang membagi aplikasi menjadi beberapa layanan yang independen sesuai kebutuhan bisnisnya (commerce). Aplikasi tersebut mendukung konsep container yang diterapkan. Dari sisi TI, penggunaan teknologi container sangat membantu dan memudahkan proses pengembangan aplikasi secara konsisten dan stabil. Dari sisi bisnis, hal ini berdampak pada keuntungan pelayanan bisnis yang multitasking.
Ketahui selengkapnya konsep Container ini dengan membaca majalah Info Komputer edisi #07 Juli 2019 ini di Perpustakaan Pusat Unissula lantai 1